Hati-hati, Stres Bisa Menular ke Bayi

 

KOMPAS.com – Bayi memang belum bisa mengerti apa yang Anda katakan. Ia mungkin belum paham apa arti dari kata-kata yang keluar dari mulut Anda. Tetapi, ketika manusia bergantung pada sosok tertentu, ia akan bisa menangkap emosi dan mood orang itu. Tak heran, ketika orangtua stres, anak pun akan merasakannya.

Saat orang stres, anak pun akan merasakan stres itu juga, begitu kata Andrew Garner MD, asisten profesor di Case Western Reserve University School of Medicine seperti dikutip dari WebMD. Riset membuktikan hal bahwa bayi dan anak-anak punya kepekaaan yang tinggi.

Memang, stres tidak bisa diabaikan begitu saja. Begitu banyak tekanan yang dihadapi para orangtua tanpa sadar memang bisa membuat perilaku yang tak mengenakkan atau energi negatif yang terpancar dan diterima oleh anak. Saat orangtua terlalu banyak memikirkan masalah dan tekanan yang ia alami dan itu adalah hal di luar si anak, maka si anak akan merasa tidak diperhatikan, yang berujung membuatnya merasa ditinggalkan dan takut. Anak-anak juga belajar dari meniru. Cara orangtua menghadapi stres akan ditiru si anak.

Jika orangtua yang sedang menghadapi tekanan mencoba menghadapi dengan tenang, seperti berhitung hingga 10 baru bicara dengan tenang, anak-anak pun akan meniru. Mereka juga belajar dari manajemen stres yang salah, seperti berteriak, gaya hidup tidak sehat, dan menyendiri. Baca pos ini lebih lanjut

Hindari Kalimat-kalimat ini Saat Bicara dengan Anak

 

KOMPAS.com – Ada saat-saat tertentu ketika orangtua merasa tak sabaran menghadapi anaknya. Marah dan frustasi kadang memicu ucapan yang tak diperhitungkan dengan seksama. Awalnya kita pikir kata-kata itu akan menghilang begitu saja dan tak berpengaruh pada anak, toh, orangtua dari kita sendiri mengucap kata-kata itu ke kita. Jangan salah, ada kata-kata yang seringkali memiliki dampak besar pada emosi dan psikologis anak. Ada beberapa kalimat yang sebaiknya dihindari saat berbicara dengan anak. Apa saja?

“Kamu seharusnya malu sama diri sendiri”
Kata “malu” adalah emosi yang destruktif dan seringkali memicu rasa bersalah yang sangat mendalam. Meski setiap anak bertingkah nakal, amat penting bagi mereka untuk mengerti mengapa tingkah mereka itu salah dan ia harus paham bahwa adalah hal yang wajar bagi setiap manusia untuk melakukan kesalahan, dan yang terpenting adalah kita semua belajar dari kesalahan itu.
Baca pos ini lebih lanjut

10 Olahraga Favorit Ibu Hamil

 

KOMPAS.com – Olahraga adalah hal yang baik untuk kesehatan seseorang. Namun, belakangan ini banyak yang khawatir berolahraga bisa membahayakan kandungan. Tetapi menurut Erika Lenkert, dalam bukunya, The Real Deal: Guide to Pregnancy, berolahraga bisa banyak manfaatnya bagi tubuh.

Studi dari The American College of Obstetricians and Gynecologists, berolahraga saat hamil bisa meningkatkan energi, melegakan konstipasi, kram kaki, kembung dan bengkak, meningkatkan semangat, relaksasi, menjaga postur tubuh dan kualitas tidur, membangun massa otot, mengkontrol diabetes, melawan sakit punggung, menambah stamina saat persalinan, serta membantu tubuh kembali ke bentuk semula lebih cepat.

Lenkert mencari tahu olahraga apa yang menjadi favorit para ibu yang sedang mengandung, berikut ini hasilnya: Baca pos ini lebih lanjut

Tularkan Kebiasaan Baik Sejak Anak dalam Kandungan

KOMPAS.com – Saat hamil, perempuam cenderung menuntut perhatian lebih. Mengidam acapkali dijadikan alasan agar permintaan dipenuhi. Anda bisa membalik kebiasaan ini. Caranya, berikan perhatian kepada orang lain karena dengan cara ini Anda tengah mengajarkan anak kebiasaan berbagi.

Menurut psikolog Rustika Thamrin, penelitian membuktikan spektrum emosi ibu memancar ke janin. Energi positif dari ibu bisa tersalurkan ke dalam kandungan. “Tiga bulan pertama dalam kehamilan, bayi dalam kandungan boleh diajak bicara. Energi positif dari ibu bisa tersalurkan pada bayi,” katanya, saat talkshow tentang membangun kebiasaan berbagi, bagian dari kegiatan Sahabat Tango Spread Miracle, di KidZania, Jakarta, beberapa waktu lalu.

Memberikan nilai positif, dalam rangka membangun kebiasaan berbagi harus dimulai ibu hamil dari dirinya sendiri. Caranya, ibu melakukan hal positif atau kebiasaan baik yang ingin ditularkan. “Membangun kebiasaan berbagi pada anak bisa dimulai sejak kehamilan,” lanjutnya.

Jadi, daripada mengeluhkan kondisi yang berubah selama hamil, lebih baik melatih kebiasaan positif. Mulai saja dengan memotivasi diri saat semangat melemah dengan mengajak anak dalam kandunan beraktivitas bersama Anda. Atau ubah kebiasaan menuntut perhatian dengan memberikan lebih banyak bantuan kepada orang lain, sekecil apapun itu